Sabtu, 28 Juni 2014

liputan seminar


LIPUTAN SEPUTAR PELAKSANAAN SEMINAR NASIONAL (Press Release)
MENDONGENG ISLAMI
“Parenting With Story Telling”
(Mendidik Guru Dan Siswa Super Melalui Mendongeng Islami)
 
Surakarta, (31/5/2014) Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar telah mengandakan seminar nasional pendidikan yang betempat di hall Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) yang berada di Kampus 2 UMS  dengan tema  “Parenting With Story Telling”, Mendidik Guru Dan Siswa Super Melalui Mendongeng Islami. Pada seminar nasional ini menghadirkan dua pembicara yang sudah profesional dengan dunia anak yaitu Dwi Budiyanto, S.Pd., seorang staff pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) di Universitas Negeri Yogyakarta dan Wuntat Wawan Sembodo, S.Ag., yang seorang pendongeng nasional yang akrab di sapa Kak Wuntat ini merupakan Kepala Sekolah di salah sekolah yang ada di kota Yogyakarta dan beliau menjabat sebagai ketua umum Komunitas Pendongeng se-DIY.
Seminar nasional ini dibuka oleh Kaprodi PGSD FKIP UMS, DR. H. Samino, M.M., dan diikuti oleh para Dosen dan Mahasiswa PGSD FKIP UMS untuk ikut serta berpartisipasi dengan diselenggarakan seminar nasional ini. Selain itu, seminar nasional kali ini untuk mahasiswa PGSD FKIP UMS khususnya semester empat diwajibakan untuk mengikuti seminar nasional ini sebagai tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 
Seminar nasional mendongeng islami ini dilaksanakan seperti seminar pada umumnya yaitu diawali dengan kegiatan pembukaan dan sambutan serta hiburan yang disajikan oleh mahasiswsa PGSD, kemudian menginjak acara inti pada seminar kali ini yaitu Mendongeng Islami.
Pada acara inti yang pertama kali akan dibawakan oleh pembicara yang pertama yaitu Dwi Budiyanti, S.Pd, yang menyampaikan berbagai karater yang bisa ditumbuhkan dalam pendidikan melalui kegiatan mendongeng islami pada anak didik. Parenting yang dimaksud oleh beliau disini yaitu bahwa orang tua membutuhkan upaya yang kuat dalam mendidik anak-anaknya sehingga dalam hal mendidik tidak boleh asal-asalan. Sehingga dalam mendidik ini orang tua harus menyeimbangkan pola asuh yang diberikan kepada anaknya dikaitkan dengan berbagai aspek yang ada dalam kehidupan seperti lingkungan internal anak (keluarga), perilaku, sikap, sosial, budaya yang keseluruhan akan dialami oleh anak-anak pada masa yang akan datang.
Dalam seminar ini Bapak Dwi Budiyanto juga mengemukakan bahwa didalam dunia pendidikan khususnya guru harus mampu menciptakan “Story Telling” yang akan disampaikan oleh anak didiknya. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak hanya disampaikan dengan penyampaian materi yang mana akan membuat anak menjadi bosan atau bahkan karakter yang harus ditanamakan pada anak tidak akan muncul pada anak. Oleh karena itu, dengan bercerita akan merasa lebih terinspirasi dengan cerita yang dibawakan oleh gurunya, yang mana cerita yang disampaikan oleh guru akan bisa menanamkan karakter anak dengan amanat bahkan pesan moral yang terkandung dalam cerita. Dengan demikian, guru dalam hal mendidik dan mengajar anak harus sesuai dengan panggilan jiwa dan hatinya untuk menumbuhkan jiwa anak sesuai dengan karakternya.
Guru maupun siswa akan lebih efektif jika mereka mempunyai kompetensi yang ada di didalam diri mereka, baik skill dan sisi efikasi diri. Sisi efikasi diri yang dimaksud adalah sebuah kemauan yang timbul dari dalam hati sendiri dan jika tidak dikembangkan akan cenderun kurang berkembang sebagai contoh mengenai sisi kompetensi diri seorang individu, yaitu kemampuan berbicara dan bercerita dalam mendongeng, mulai dari intonasi, ekspresi, kejelasan kata semuanya membutuhkan mental yang tinggi yang harus digunakan secara efektif khususnya bagi pendidik (guru) yang akan memperbaiki mental peserta didiknya.
Kemudian pembahasan kedua akan dibawakan oleh Kak Wuntat, beliau menyampaikan bahwa bercerita mempunyai kesan yang efektif karena cerita yang didengar oleh seseorang pada masa kanak-kanak pada zaman dahulu akan teringat sampai sekarang. Sehingga melalui cerita manusia diajarkan untuk mengambil hikmah tanpa rasa digurui. Dengan kata lain dalam mendidik seorang anak kita bisa menggunaka metode cerita. Menurut beliau cerita merupakan suatu tuturan yang memaparkan sebuah peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, bercerita adalah kegiatan berbagi rasa, misalnya ketika “mengadukan nasib” kepada orang yang kita percayai dan menuturkan cerita itu untuk membangun rasa empati kita, sehingga manusia cepat berbagi kehangatan dan rasa kasih kepada orang lain.
Cerita yang disampaikan kepada anak didik harus disajikan dengan baik, penuh rasa dan teknik yang bagus, maka akan membagun rasa/perasaan tenang, santau, hangat dan sangat pribadi. Kedudukan cerita dalam dunia pendidikan yang strategis ini memiliki sosio efek (manfaat) dan fungsi yang luar biasa dalam membangun karater dan kepribadian anak didik. Fungsi dan manfaat dari cerita yang telah disampaikan oleh Kak Wuntat yaitu sarana kontak batin antara pendidik dan peserta didik, pendidikan imajinasi/fantasi, pendidikan emosi (perasaan) anak didik, membantu proses identifikasi diri/perbuatan, media penyampai pesan-pesan/ nilai agama, dan sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan. Dengan demikian dalam mendidik anak dengan bercerita sangat diperlukan untuk menghindari berbagai fenomena yang menghalangi pertumbuhan karater pada anak.
Dalam seminar mendongeng islam ini, moderator akan memberikan kesempatan kepada para peserta seminar dengan membuka sesi pertanyaan yang disampaikan untuk pembicara. Pertanyaan yang pertama adalah “ Bagaimana menjadi suami dan ayah yang baik bagi anak-anak?”, pertanyaan ini dijawab oleh Bapak Dwi Budiyanto. Untuk menjadi suami dan ayah yang baik harus membutuhkan suatu pengetahuan yang luas, luangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak, walaupun dengan keadaan yang sangat lelah jika anak mengajak untuk bermain, usahakan lakukan hal tersebut dengan anak.
Pertanyaan kedua yaitu “Bagaimana mengelola kelas dalam kegiatan bercerita?” Pertanyaan ini dijawab oleh Kak Wuntat, menurut Kak Wuntat dalam mengelola kelas harus memperhatikan variasi pengelolaan kelas yang baik, seperti apakah didalam kelas itu ada anak desa maupun kota. Pengelolaan kelas yang mumpuni adalah melalui metode baca Al-Qur’an.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar