Sabtu, 28 Juni 2014

LAPORAN PERTUNJUKAN KARAWITAN DI ISI


LAPORAN PERTUNJUKAN KARAWITAN
DI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Seni Karawitan difokuskan kepada karawitan Jawa, gamelan Kasunanan, maupun gamelan Mangkunegara. Istilah karawitan yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Banyak orang memaknai karawitan berasal dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus, atau rumit. Karawitan dan gamelan selalu beriringan, tidak bisa dipisahkan. Pengertian karawitan itu sendiri, secara khusus dapat diartikan sebagai seni musik tradisional yang terdapat diseluruh wilayah etnis Indonesia. Penyebaran seni karawitan terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Madura, Bali, dan diwilayah-wilayah lain dinusantara ini. Karawitan adalah seni memainkan alat musik bernama gamelan. Dengan kata lain, karawitan adalah seni musiknya dan gamelan adalah alat yang dipergunakan dalam karawitan. Karawitan yang sangat terkenal adalah karawitan jawa. Karawitan setiap daerah memiliki khas masing-masing, baik alat, bentuk bunyi, laras, materi dan adat. Jadi gamelan yang satu dengan yang lain mempunyai peran yang berbeda.
Bagi masyarakat Jawa, perangkat gamelan dalam seni karawitan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Sebagai bangsa yang memiliki kultur budaya jawa, kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing. Dan alat musik yang digunakan ini terdiri dari kendang, gong, kenong, rebab, bonang, siter dan lain-lain. Dari berbagi alat tersebut penggunaanya berbeda ada yang dipukul, dipetik, digesek dan lain sebagainya.
Lembaga pendidikan yang menyelenggaran seni karawitan di Indonesia ini sangatbanyak, salah satunya adalah Institut Seni Indonesia  yang tedapat dikota Surakarta atau sering disebut dengan ISI Surakarta. Lembaga pendidikan ISI memiliki berbagai jurusan yang bisa dikatakan beraneka ragam macamnya seperti seni tari, seni musik, seni lukis, dan seni karawitan. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di ISI ini sangat terkenal dengan prestasi-prestasinya yang didapat selama pendidikan, sehingga untuk menempuh tugas akhir mahasiswa ISI Surakarta diwajibkan untuk menampilkan karya seninya salah satunya mahasiswa jurusan seni karawitan ini. Mahasiswa diminta untuk menampilkan karyanya sesuai tugasnya yaitu pertunjukan tradisonal atau kesenian karawitan modern.
Pertunjukan karya seni yang akan dibawa oleh mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta ini harus sesuai dengan komposisi yang dibuat oleh mereka sendiri. Sehingga dengan adanya hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat karena dapat membantu mahasiswa untuk menciptakan karya seninya yang akan diujikan kepada para dosen penguji dan para penonton istimewa pada saat penyajian pertunjukan. Pertunjukan tersebut diadakan di sebuah gedung pertunjukan yang ada di ISI, gedung pertunjukan yang dipakai ini belum semua institut memilikinya. Alat-alat atau fasilitas yang ada di gedung pertunjukan ini sudah cukup memadai mulai dari tata pencahayaannya, tata ruang dalam panggung, tempat duduk bagi para penonton, dan sebagainya. Karena fasilitas yang sudah cukup memadai tersebut, membuat para penonton merasa seperti melihat pertunjukan yang berkelas nasional. 
Dalam pertunjukan karawitan tersebut penampilannya ada dua sesion, sesi yang pertama yaitu pertunjukan yang dibawakan bagi mereka yang mengambil pertunjukan karawitan tradisional. Pertunjukan yang pertama  dilaksanakan pada tanggal 10-11 April 2014, pada tanggal ini diadakan pertunjukan seni karawitan versi tradisional. Dalam pertunjukannya disini ada yang disebut dengan penyaji, penyaji disini adalah seseorang yang memimpin jalannya sebuah permainan gamelan atau jalannya sebuah gending yang akan dinyanyikan. Sedangkan dalam pertunjukan yang kedua diadakan pada tanggal 15-16 April 2014, pertunujukan ini adalah karawitan versi modern.
Penyaji tersebut merupakan mahasiswa yang sedang menjalani ujian, dengan dibantu dengan personil dari sebuah sanggar maka pertunjukannya pun berjalan sesuai dengan  yang diharapkan. Alat yang digunakan dalam karawitan tradisional ini adalah seperangkat gamelan ageng. Gamelan ageng disini contohnya yaitu kenong, kempul, bonang, gong, rebab, gender, saron, kendang, dan lain-lain.




A.      Pertunjukan Pertama dengan Konsep Penyajian Tradisional
Pagelaran tradisional yaitu  pagelaraan yang menampilakn seni musik tradisional Jawa dengan peralatan yang lengakpa dan telah berkembang secara turun-temurun sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak meninggalkan keasliannya. Perangkat peralatan musik Gamelan terdiri dari bermacam-macam alat atau ricikan.
Berdasarkan hasil pagelaran secara keseluruhan yang didapat ketika menyaksikan di ISI pada tanggal 11 April yaitu ada beberapa hal. Diantaranya yaitu dalam hal konsep penyajiannya. Di dalam konsep penyajian pagelaran tradisional memuat hal-hal berikut :
1.      Dalam penyajiannya menggunakan pengiring musik (instrumental) berupa alat-alat musik tradisional (karawitan). Ada gong, bonang, rebab, saron, suling, kendhang dan beberapa alat musik lainnya. Beberapa alat musik tersebut, ada bagian – bagian tersendiri kapan alat alat musik tersebut dibunyikan secara sendiri, bersamaan maupun perpaduan. Setiap orang yang menyajikanya berperan dalam alat musik tersendiri,.
a.      Pertujukan pertama
DSC_0004.JPG
Peserta ujian bernama Liliawati
Pangrawit dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Dini, Yoko, Dewi, Lia, Puji, Danang, Maryatun, dan Warih. Adapun yang berperan dalam rician rebab yang dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Ari Prabowo, rician gender dibawakan oleh mahasiswa yang bernama warih, rician gendhang dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Yoko, dan ada pula yang berperan sekaligus sebagai seorang dhalang dalam penyajiannya. Gendhinng Karawitan laras Slendro Pelog enem. Ada unsur vokal di dalam penyajiannya, yang dilafalkan oleh seorang perempuan (sinden) dan laki-laki pula. Konsep penyajiannya pagelaran tradisional boleh dilakukan salah satu dari keduanya ataupun bersama-sama. Ketika seorang penyaji sebagai pemvokal, dapat dilihat bahwa semakin tinggi sebuah nada suara yang diucapkan, musik pengiringpun semakin cepat dan keras. Sehingga alat musik pengiring mengikuti setiap irama/ritme sebuah nada suara yang diucapkan. Kemudian dalam akhiran pagelaran ada beberapa alat musik yang mengiringi terlebih dahulu baru ditutup alat musik berikutnya. Dalam penyajian pertama ini, alat musik seperti saron, rebab, suling, dan pemvokal usai terlebih dahulu. Baru setelahnya diakhiri dengan permainan alat musik bonang, gong, saron besar.
b.      Pertunjukan kedua
DSC_0009.JPG
Peserta ujian Dewi sebagai vokal sinden.
Dalam rician rebab yang dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Deni Rahma Setiawan, rician gender dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Suwuh, rician gendhang dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Tri Bayu Santoso. Sedikit berbeda dengan penyajian pertama, penyajian kedua ini juga ada tampilan seperti teater dengan tari topeng. Masing – masing pemeran ada tiga prabu yang menggunakan busana ksatria dengan memakai topeng yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kemudian ada satu orang penari yang memainkan teaternya sebagai seorang yang menyambut laki – laki ketiga yang memakai topeng dengan sebuah tarian gambyong/sejenis tarian untuk menyambut tamu. Ketika pemeran itu bermain, penyaji yang berperan sebagai pemvokal nada suaranya terdengar lebih rendah dibandingkan dengan peran teater yang dimainkan oleh beberapa pemain lainnya. Tetapi busana yang dipakai oleh penyaji seperti busana yang digunakan untuk pagelaran tradisional, berbeda dengan para pemain teaternya.
c.       Pertunjukan Ketiga
Kemudian untuk penyaji ketiga, oleh Tribayu Santosa (sebagai rician gendhang), Suwuh (sebagai rician gender), penyaji lain ada yang sebagai rician rebab, dan kawan-kawan lainnya menyajikan gendrung klentingan dan gendrung pengasih dengan menggunakan laras slendro patet 6, laras pelog, laras slendro patet 9, dan laras pelog patet barang. Penyajian diawali dengan permainan rebab terlebih dahulu, ada diiringi tepuk tangan dari penyaji 5 orang, dan ada pengiring vokal. Tampilan ini meskipun dominan dengan suara dari tepuk tangan tetapi seimbang dengan instrumen musik.
2.      Penampilan dari pagelaran tradisional dengan menggunakan baju yang identik tradisional. Pengrawit laki-laki memakai baju seperti adat keraton (ada blangkon, ada yang memakai keris dan ada pula yang tidak, semua anggota penyaji memakai pakaian yang seragam). Untuk perempuan memakai kebaya, rambutnya disanggul dan ada pula yang penyajiannya itu kebaya nya seragam dan ada pula yang sendiri – sendiri. Cara tampil/duduk penyaji pagelaran dengan semua kaki bersila (kecuali yang berperan sebagai rician gendhang dan lainnya. Biasanya penyaji yang duduk bersila sebagai pemvokal (suara).
Sehingga dari ketiga penyajian tersebut, penyajian satu yang lebih menarik. Konsep penyajian dua yang disajikan rician rebab yang dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Deni Rahma Setiawan, rician gender dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Suwuh, rician gendhang dibawakan oleh mahasiswa yang bernama Tri Bayu Santoso. Liliawati (sebagai pemvokal sinden) menyajikan sebuah gendhing karawitan dengan menggunakan slendro patat enem ini dengan diselingi tari topeng dalam penyajiannya. penyaji ketiga, oleh Tribayu Santosa (sebagai rician gendhang), Suwuh (sebagai rician gender), penyaji lain ada yang sebagai rician rebab, dan kawan-kawan lainnya menyajikan gendrung klentingan dan gendrung pengasih dengan menggunakan laras slendro patet 6, laras pelog, laras slendro patet 9, dan laras pelog patet barang. Dengan demikian, konsep karawitan dengan konsep tradisonal sangat menarik dan dapat memberikan perhatian yang luar biasa bagi para penguji dan penonton.
B.     Pertunjukan Kedua dengan Konsep Penyajian Modern
Berdasarkan hasil pagelaran secara keseluruhan yang didapat ketika melihat pertunjukan  di ISI pada tanggal 16 April yaitu ada beberapa hal. Diantaranya yaitu dalam hal konsep penyajiannya. Di dalam konsep penyajian pagelaran kontemporer memuat hal – hal berikut :
1.      Gludhekan karya dari Arna Saputra
IMG_0393.JPG
Gludhekan ini menampilkan sebuah karawitan modern. Yang menyajikan music gamelan yang dipadukan dengan sedikit drama. Drama di sini mengisahkan tentang masak memasak. Bagaimana seorang wanita itu kodrat nya adalah di dapur atau klutekhan ing pawon. Alunan music yang berbunyi dari setiap permainan gamelan tersebut menambah kesan tersendiri. Lebih indah dan membuat suasana pertunjukan tersebut menjadi lebih hidup. Gludhekan ini menggambarkan pedagang tahu kupat.. Latar penampilannya atau panggung menggunakan gerobak tahu (penjual sayur ketupat), tempat mencuci, memasak (ada kompor). Alat-alat yang digunakan anatara lain adalah alat-alat rumah tangga, seperti gelas, alat penggorengan, botol bekas yang berasal dari beling, pemukulnya menggunakan sendok, sumpit, sandal jepit bekas. Botol yang digunakan dalam karya ini tidak hanya satu bentuk saja tetapi yang digunakan dari ukuran botol yang paling kecil sampai botol yang besar. Sesuai dengan judulnya tersebut, karaya ini tidak hanya sekedar penabuhan alat-alat,tetapi juga dipadu dengan vokal dari para pemain lainnya. Tempo yang ada dalam karya ini juga sangat bagus, dengan awalan yang pelan kemudian cepat, pelan lagi kemudian cepat lagi. Sampai pada akhirannya menggunakan suara wajan panas yang disiram dengan air, dan suara tersebut dapat menimbulkan suara yang sesuai dengan penutup sebuah pertunjukan. Sedangkan ketika pagelaran seluruh anggota menggunakan pakaian yang bervariasi, ada yang menggunakan kemeja, celana, baju biasa, untuk yang berperan menjadi pedagang memakai kebaya tetapi pendek (non formal) dan karyawannya menggunakan celana kain dan baju panjang (non formal). Yang sedikit membedakan dengan jenis pagelaran tradisional yaitu alat musik pengiring yang digunakan. Pagelaran kontemporer menggunakan alat musik berupa pemanfaatan botol bekas (dengan cara ditiup), suara dari ujung panci yang di uapkan, suara yang dihasilkan variasi dari mulut, dan adanya vokal pula. Untuk vokal yang dituangkan berupa lagu, ketika lagu dimainkan semua anggota menyanyikan dengan cara bersama – sama dan bersautan. Jenis lagu yang dimainkan pun seperti lagu dolanan, sehingga ada variasi dalam lagunya.
2.      Jasno dengan karya Trenyuh
IMG_0442.JPG
Trenyuh dalam bahasa jawa artinya terharu bercampur sedih. Kita sesama manusia merasa dan menyaksikan kejadian itu. Trenyuh yaitu menggambarkan kisah seorang ayah yang mencari keluarganya tetapi justru rasa amarah yang dia dapat ketika pencarian keluarganya. Alat musik yang digunakan berupa variasi dari tradisional dan kontemporer yaitu ada bonang, saron, rebab, gitar, bambu yang diisi air dengan cara membunyikanya bambu di iringkan kekiri-kanan sehingga air mengalir dan menghasilkan suara, kendi, seperti harmonika yang cara memainkannya dengan cara ditiup.
3.      Kukuh Yuwono Basuki dengan karya randha
IMG_0457.JPG
Randha dalam bahasa Jawa adalah sebutan untuk menyebut seorang perempuan yang ditinggal suaminya, entah bercerai atau mati. Dari paparan tersebut dapat ditafsirkan pencipta lagu ini merasa senang karena sedang jatuh cinta kepada seorang jandha yang cantik. Penafsiran tersebut bila dikaitkan dengan suasana irama gendhing randha dari awl hingga akhir lagunya seperti meloncat-loncat atau tidak tenang, mirip ketika seseorang sedang jatuh cinta.









4.     Suryo Winarko dengan karya ngedhablu
IMG_0468.JPG
Ngedhablu merupakan variasi tradisional dengan kontemporer, alat musiknya juga beruoa bonang, saron, baron tetapi busana lebih santai (non formal). Ngedhabluk ini mengisahkan janji-janji para pejabat pemerintahan khususnya anggota legislatif. Saat mereka mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, janjinya sangatlah banyak, tetapi giliran sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat janji mereka hanya omong kosong.
5.    Toni Prabowo dengan karya kasmaran
Kasmaran dalam bahasa jawa adalah kas·ma·ran berarti mabuk cinta atau jatuh cinta. komposisi musik yang ditampilkan sudah bisa menggambarkan keadaan si penyaji. Penonton bisa merasakan saat si penyaji senang, marah, sedih, ataupun tangis.
6.       Udin Tri Cahyo dengan karya lewat belakang
Lewat belakang karya Udin Tri cahyo menceritakan bahwa kalau kita mau sukses cara nya harus benar, tidak boleh lewat belakang, orang –orang dari kalangan bawah. Diselilingi drama dan music music karawitan.

Dari keenam penampilan tersebut yang paling menarik adalah pertunjukan pertama yang disajikan oleh Arna saputra dengan konsep Gludhekan. Karena diantara karya kontemporer atau modern lainnya karya yang Gludhekan ini mempunyai kesan yang lebih menarik dari segi pembawaannya saat menampilkannya.


C.    Kesimpulan Kedua Konsep Penyajian
Konsep Penyajian Tradisional yaitu  pagelaraan yang menampilakn seni musik tradisional Jawa dengan peralatan yang lengakpa dan telah berkembang secara turun-temurun sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak meninggalkan keasliannya. Perangkat peralatan musik Gamelan terdiri dari bermacam-macam alat atau ricikan. Dalam penyajiannya menggunakan pengiring musik (instrumental) berupa alat-alat musik tradisional (karawitan). Ada gong, bonang, rebab, saron, suling, kendhang dan beberapa alat musik lainnya. Beberapa alat musik tersebut, ada bagian – bagian tersendiri kapan alat alat musik tersebut dibunyikan secara sendiri, bersamaan maupun perpaduan. Setiap orang yang menyajikanya berperan dalam alat musik tersendiri,.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar